Halaman

Jumat, 18 Desember 2015

Analisis DNA Jaringan Lunak Manusia yang Terpapar Formalin dalam
Interval Waktu 1 Bulan Selama 6 Bulan pada Lokus D13S317 dengan Metode
STR-PCR
(The Analyze of Human DNA Soft Tissue that Contaminated Formalin During
1 Month and 6 Month at Locus D13S317 using STR-PCR)
Arlene Kusumadewi *, Soekry Erfan Kusuma**, Ahmad Yudianto**

Dalam bidang forensik dikenal istilah jenasah terlantar. Arti istilah jenasah terlantar itu sendiri adalah jenasah seseorang tanpa keluarga atau ahli waris yang tidak teridentifikasi keluarganya setelah 2 × 24 jam. Keberadaan jenasah terlantar menjadi hal yang menarik untuk dikaji, terutama bila menyangkut persoalan yang berhubungan dengan hukum seperti persoalan warisan, atau jenasah yang diduga merupakan korban pada aksi kriminal.
Pada jenasah terlantar yang relatif masih utuh, sesuai prosedur yang ada dapat diserahkan pada pihak pendidikan kedokteran setelah 3 bulan terhitung sejak belum adanya pihak keluarga yang mengakui jenasah tersebut. Walaupun telah diserahkan di institusi pendidikan kedokteran, jenasah tidak boleh dijadikan bahan praktikum bagi kepentingan mahasiswa kedokteran sampai jangka waktu 6 bulan, sambil menunggu pihak keluarga yang  sambil menunggu pihak keluarga yang kemungkinan akan datang, sehingga pihak Fakultas Kedokteran tetap harus melakukan pengawetan terhadap jasad jenasah tersebut.
Pengawetan jenasah bertujuan untuk mencegah pembusukan. Mekanisme pembusukan disebabkan karena autolisis yakni tubuh mempunyai enzim yang setelah mati dapat merusak tubuh sendiri. Selain itu pengawetan diperlukan untuk menghambat aktivitas kuman. Salah satu metode pengawetan jenasah yaitu dengan injeksi formalin yang disebut dengan metode konvensional yang mempunyai kelebihan yaitu jenasah dapat digunakan dalam jangka panjang.
Sampai saat ini belum ada penelitian yang mengungkapkan analisis DNA dari sampel jenasah terlantar yang terpapar formalin sampai dengan 6 bulan, sesuai dengan prosedur yang ada di laboratorium anatomi yang menyimpan jenasah terlantar dari pihak rumah sakit, jika dalam jangka waktu 6 bulan ada pihak keluarga yang datang, maka jenasah dapat diserahkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jaringan lunak manusia yang telah dilakukan pengawetan selama 6 bulan dengan interval 1 bulan terhadap DNA-nya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memecahkan berbagai kasus forensik yang melibatkan pemeriksaan DNA dengan spesimen yang terdegradasi akibat formalin.
Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan sampel DNA inti yang berasal dari jaringan lunak manusia bagian muskulus psoas mayor yang diambil dari satu jenasah terlantar di Instalasi Ilmu Kedokteran Forensik RSUD Dr Soetomo Surabaya dengan kriteria secara makroskopis tidak menampakkan tanda pembusukan.

Pengaruh waktu paparan formalin terhadap DNA jaringan lunak manusia secara bermakna dapat diketahui dengan uji one way ANOVA. Penelitian ini memperoleh hasil uji statistik dengan uji one way ANOVA, diperoleh hasil p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti “paling tidak terdapat perbedaan kadar DNA yang bermakna pada dua waktu paparan. Dilanjutkan dengan analisis Post Hoc untuk mengetahui waktu paparan mana yang terdapat perbedaan bermakna, mendapatkan hasil: semua waktu paparan dengan waktu paparan yang lain p = 0,000 (p < 0,05), kecuali waktu paparan 1 bulan dengan 2 bulan p = 0,081.

Grafik 1. Penurunan rerata kadar DNA jaringan lunak manusia yang terpapar formalin                      interval waktu 1 bulan sampai 6 bulan.
Hasil analisis menunjukkan semakin lama waktu paparan formalin yang diberikan pada sampel jaringan lunak manusia, maka terdapat kecenderungan kadar DNA yang semakin menurun tetapi masih berada pada nilai ambang minimal kadar DNA yang dibutuhkan pada pemeriksaan Short Tandem Repeat (STR).


Pada uji one way ANOVA diperoleh nilai p = 0,000 yang berarti paling tidak terdapat perbedaan kadar DNA yang bermakna pada dua waktu paparan. Untuk mengetahui waktu paparan mana yang terdapat perbedaan bermakna, maka dilakukan analisis Post Hoc.
Hasil analisis Post Hoc pada tabel 2 menunjukkan hasil p < 0,05, kecuali waktu paparan 1 bulan dengan 2 bulan p = 0,081. Sehingga dapat diambil kesimpulan terdapat perbedaan kadar DNA secara bermakna pada semua waktu paparan kecuali waktu paparan 1 bulan dengan 2 bulan.
Hasil visualisasi DNA dianalisis secara deskriptif, yakni dengan melihat ada tidaknya gambaran pita atau band sesuai dengan ukuran produk PCR (base pair) masing-masing lokus dan setingkat dengan kontrol positif yang berasal dari jaringan lunak muskulus psoas mayor jenasah tersebut tanpa paparan formalin. Hasil visualisasi DNA jaringan lunak manusia yang terpapar formalin interval 1 bulan selama 6 bulan pada lokus D13S317 dalam penelitian ini dapat terdeteksi. Hal ini membuktikan bahwa lokus D13S317 merupakan lokus yang potensial untuk identifikasi forensik. Penurunan kadar DNA pada jaringan lunak manusia yang terpapar formalin tersebut tidak menimbulkan efek yang berarti, yang menyebabkan DNA jaringan lunak manusia tersebut kehilangan kemampuannya sebagai bahan identifikasi DNA forensik.
Tabel di atas menunjukkan bahwa seluruh sampel DNA jaringan lunak manusia yang terpapar formalin interval 1 bulan selama 6 bulan masih dapat terdeteksi dengan baik dengan pemeriksaan Short Tandem Repeat (STR) lokus D13S317. Ukuran produk PCR (bp) untuk lokus D13S317 adalah 193-237 bp.
Kemurnian DNA menjadi persyaratan dalam pemeriksaan Polimerase Chain Reaction (PCR) dimana kemurnian DNA 1-2 (ideal 1,8-2) memungkinkan dilakukan amplifikasi. Penelitian ini mendapatkan hasil kadar DNA yaitu berkisar 30.333-1127 dan kemurnian DNA berkisar 1.076-1.988. Dengan demikian kemurnian DNA yang didapat sudah bagus dan memungkinkan untuk dipergunakan dalam amplifikasi PCR.
Pada penelitian ini didapatkan penurunan kadar tetapi masih berada pada nilai ambang minimal kadar DNA yang dibutuhkan pada pemeriksaan Short Tandem Repeat (STR) dimana didapatkan rerata kadar DNA berurutan interval 1 bulan selama 6 bulan: 109.099 µg/ml, 119.498 µg/ml, 79.333 µg/ml, 56.292 µg/ml, 44.333 µg/ml dan 32.054 µg/ml.
Simpulan hasil penelitian:
1.      Ada pengaruh paparan formalin dengan interval waktu 1 bulan selama 6 bulan terhadap kadar DNA jaringan lunak manusia (p = 0,000, p < 0,05), yakni semakin lama waktu paparan formalin yang diberikan maka pula kadar DNA yang ada.
2.      Tidak ada pengaruh paparan formalin dengan interval waktu 1 bulan selama 6 bulan terhadap DNA jaringan lunak manusia pada lokus D13S317 dengan metode STR PCR. Hasil visualisasi DNA semua dapat terdeteksi.

1 komentar:

  1. Strange "water hack" burns 2 lbs in your sleep

    Over 160k men and women are using a easy and SECRET "liquid hack" to lose 2lbs each and every night as they sleep.

    It's easy and it works with everybody.

    You can do it yourself by following these easy steps:

    1) Go grab a glass and fill it half full

    2) Proceed to do this awesome HACK

    and be 2lbs skinnier the next day!

    BalasHapus