PEMATAHAN
DORMANSI BIJI SAGA (Abrus precatorius L.)
DENGAN TEKNIK SKARIFIKASI
Deassy
Laily Paramita, Devi Nadiya Wijaya, Citra Sri Rahayu, Tryas Ngudi Lestari
Program
Studi Pendidikan IPA
Universitas
Negeri Surabaya
ABSTRAK
Latar Belakang : Penanaman benih secara normal tidak
menghasilkan perkecambahan atau hanya sedikit perkecambahan. Perlakuan tertentu
perlu dilakukan untuk mematahkan dormansi sehingga benih menjadi tanggap
terhadap kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan. Pada setiap musim tanam masih
sering terjadi masalah karena produksi benih bermutu yang belum mencukupi
permintaan pengguna/petani. Masalah ini disebabkan oleh adanya satu masa
“istirahat” yang dialami oleh benih yang ditanam. Masa istirahat inilah yang
kita sebut dengan dormansi, dormansi
menyebabkan tidak adanya pertumbuhan pada biji atau benih walaupun kondisi
lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Pematahan biji dormansi
dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya perlakuan mekanis, perlakuan
kimia, perendaman dengan air, dan perlakuan dengan cahaya. Penelitian ini
membahas pematahan biji secara mekanis yaitu dengan teknik skarifikasi.
Tujuan : Untuk menyelidiki proses pematahan
dormansi biji dengan teknik skarifikasi
Metode : Dengan menggunakan teknik skarifikasi
yaitu mengamplas 10 biji saga sampai endospermnya terlihat namun jangan amplas
bagian mikrofilnya sedangkan 10 biji saga yang lain tidak diamplas. Kemudian
rendam biji saga yang sudah diamplas dan yang belum diamplas dalam air selama
satu jam. Lalu tanam biji saga pada tanah yang telah dicampur pupuk dan pasir.
Mengamati proses dormansi biji sampai daun pertama tumbuh selama 10 hari.
Hasil : Pada penelitian ini, diperoleh bahwa
pada hari pertama sampai hari ke-10 biji saga yang tidak diamplas tidak ada
yang mengalami perkecambahan walaupun telah direndam air sebelum ditanam di
media. Pada biji saga yang diamplas pada hari ke-10 terdapat 9 biji yang
berkecambah dari 10 biji yang ditanam. Hal ini menandakan bahwa teknik
skarifikasi dengan proses pengamplasan pada biji saga dapat mematahkan dormansi
biji saga yang memiliki kulit keras sehingga berpengaruh terhadap cepatnya
proses perkecambahan.
Kata Kunci : Biji Saga, Teknik Skarifikasi
ABSTRACT
Background: Planting seeds normally do not produce
germination or only slightly germination. Specific treatment needs to be done
to break seed dormancy so as to be responsive to conditions conducive to
growth. At each planting season is still often a problem for quality seed
production is insufficient demand for user / farmer. This problem is caused by
the presence of the future "rest" experienced by the seed planted.
The rest period is what we call dormancy, dormancy cause the absence of growth
in grain or seed despite environmental conditions conducive to the occurrence
of germination. Breaking seed dormancy can be done in various ways, including
mechanical treatment, chemical treatment, soaking with water, and treated with
light. This study discusses mechanically breaking seed is by scarification
techniques.
Objective: To investigate the seed dormancy breaking
process with scarification techniques
Methods: By using a technique that is sanding the 10
seed scarification saga until endospermnya visible but not sandpaper part saga
seeds mikrofilnya while 10 others are not sanded. Then soak the seeds saga that
has been sanded and which have not been sanded in water for one hour. Then
planting seeds in the soil saga that has been mixed with fertilizer and sand. Observing
the process of seed dormancy until the first leaves to grow for 10 days.
Results: In this study, showed that on the first day
until the 10th day saga seeds are not sanded none having germination although
it has been soaked in water before planting in the media. In the saga seeds
were sanded on day 10 there were 9 of 10 seeds were germinated seeds were
planted. This indicates that the technique of scarification with a sanding
process in the saga seeds can break seed dormancy saga which has a hard skin
and therefore contributes to the rapid germination process.
Keywords: Seed Saga, Mechanical scarification
PENDAHULUAN
Dorman
artinya tidur atau beristirahat. Para ahli biologi menggunakan istilah itu untuk tahapan siklus
hidup, seperti biji dorman, yang memiliki laju metabolisme yang sangat lambat
dan sedang tidak tumbuh dan berkembang. Dormansi pada biji meningkatkan peluang
bahwa perkecambahan akan terjadi pada waktu dan tempat yang paling
menguntungkan bagi pertumbuhan biji. (Campbell, 2000). Berdasarkan faktor
penyebabnya, dormansi dapat dibagi atas dua macam, yaitu Impoised dormancy
(quiscense) dan imnate dormancy (rest). Imposed dormancy (quiscence) adalah
terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan yang tidak
menguntungkan. Sedangkan imnate dormancy (rest) adalah dormansi yang disebabkan
oleh keadaan atau kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri (Dwidjoseputro,
1994). Berdasarkan mekanisme dormansi dalam biji, dormansi dapat dibedakan atas
dua macam, yaitu mekanisme fisik dan mekanisme fisiologis. Mekanisme fisik
merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji
itu sendiri, terbagi menjadi mekanis : embrio tidak berkembang karena dibatasi
secara fisik, fisik : penyerapan air terganggu karena kulit biji yang
impermeabel, kimia : bagian biji/buah mangandung zat kimia penghambat.
Sedangkan mekanisme fisiologis merupakan dormansi yang disebabkan oleh
terjadinya hambatan dalam proses fisiologis. (Anonim, 2008).
Penanaman
benih secara normal tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya sedikit
perkecambahan. Perlakuan tertentu perlu dilakukan untuk mematahkan dormansi
sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan.
Pada setiap musim tanam masih sering terjadi masalah karena produksi benih
bermutu yang belum mencukupi permintaan pengguna/petani. Masalah ini disebabkan
oleh adanya satu masa “istirahat” yang dialami oleh benih yang ditanam. Masa
istirahat inilah yang kita sebut dengan
dormansi, dormansi menyebabkan tidak adanya pertumbuhan pada biji atau benih
walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Pematahan
biji dormansi dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya perlakuan
mekanis, perlakuan kimia, perendaman dengan air, dan perlakuan dengan cahaya.
Penelitian ini membahas pematahan biji secara mekanis yaitu dengan teknik
skarifikasi.
Skarifikasi
mencakup cara-cara seperti mengikir atau menggosok kulit biji dengan kertas amplas,
melubangi kulit biji dengan pisau, perlakuan impaction (goncangan) untuk
benih-benih yang memiliki sumbat gabus. Hal tersebut bertujuan untuk melemahkan
kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air dan gas. Salah satu
tanaman yang memiliki biji keras adalah tanaman saga (Abrus precatorius L.).
Saga termasuk jenis tumbuhan perdu, dimana daun saga yang berasa manis
berkhasiat untuk mengatasi sariawan. Tanaman itu juga mempunyai efektivitas
ekspektoran yang memacu sekresi mukrosa dari trakea. Kandungan senyawanya mampu
mengeluarkan dahak dan melegakan tenggorokan gatal. Daun saga mempunyai
kandungan glycyrrhicic acid yang memiliki sifat menyejukkan kulit dan selaput
lendir pada tenggorokan. Sehingga diperlukan teknik untuk mempercepat proses pematahan
dormansi biji saga yang berkulit keras ini, salah satunya adalah skarifikasi.
Karena tanaman saga sebagai tanaman perdu yang memiliki pohon cukup besar dapat
menyejukkan lingkungan sekitar yang selain itu daunnya dapat dimanfaatkan
sebaagai obat.
TUJUAN
Adapun tujuan dari kami adalah :
“ Menyelidiki proses pematahan dormansi
biji dengan teknik skarifikasi “
METODE
PELAKSANAAN
A.
Tempat
dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian pematahan
dormansi biji saga (Abrus precatorius L.) dilaksanakan
di salah satu kediaman anggota kelompok yaitu di Jalan Ketintang Wiyata
Surabaya pada Senin, 18 Mei 2015.
Tabel 1. Waktu dan
tempat pelaksanaan penelitian pematahan dormansi biji saga (Abrus precatorius L.).
Tahapan
Kegiatan
|
Waktu
|
Kegiatan
|
Pengambilan biji saga (Abrus precatorius L.).
|
Sabtu,
16 Mei 2015 pukul 08.00
|
Pengambilan biji saga dari pohonnya di lakukan di Fakultas MIPA
Kampus Ketintang Universitas Negeri Surabaya.
|
Pengamplasan biji saga
|
Sabtu,
16 Mei 2015 pukul 09.00-11.00
|
Biji saga diamplas dengan kertas amplas sampai kotiledonnya terlihat.
|
Penanaman biji saga
|
Selasa,
19 Mei 2015 pukul 18.00
|
Biji saga yang sudah diamplas di tanam pada media yang berisi tanah
yang sudah dicampur dengan tanah dan pupuk.
|
B.
Alat
dan Bahan
a. Alat
1. Media
percobaan 2 buah
b. Bahan
1. Biji
Saga 20
biji
2. Amplas 1
lembar
3. Air 1
L
4. Pupuk 250
gram
5. Tanah 250
gram
6. Pasir 250
gram
C.
Langkah
Percobaan
Langkah pertama yang
harus dilakukan adalah mengambil biji saga 20 buah dari pohonnya. Setelah biji
saga diperoleh amplas 10 biji saga sampai endospermnya terlihat namun jangan
amplas bagian mikrofilnya sedangkan 10 biji saga yang lain tidak diamplas.
Kemudian rendam biji saga yang sudah diamplas dan yang belum diamplas dalam air
selama satu jam. Lalu tanam biji saga pada tanah yang telah dicampur pupuk dan
pasir. Mengamati proses dormansi biji sampai daun pertama tumbuh selama 10
hari.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Data
hasil penelitian pemecahan dormansi pada biji saga adalah sebagai berikut:
No.
|
Hari ke-
|
Jumlah
biji yang tumbuh pada tiap perlakuan
|
|
Tidak
diamplas + direndam selama 1 jam
|
Diamplas
+ direndam selama 1 jam
|
||
1.
|
1
|
-
|
-
|
2.
|
2
|
-
|
-
|
3.
|
3
|
-
|
-
|
4.
|
4
|
-
|
-
|
5.
|
5
|
-
|
-
|
6.
|
6
|
-
|
1
|
7.
|
7
|
-
|
4
|
8.
|
8
|
-
|
7
|
9.
|
9
|
-
|
8
|
10.
|
10
|
-
|
9
|
Dari tabel data
penelitian yang kami lakukan dapat diketahui bahwa pada biji saga yang tidak diamplas,
dari hari pertama sampai hari ke-10 tetap tidak ada biji yang berkecambah,
sedangkan pada biji saga yang diamplas terdapat biji saga yang berkecambah.
Pada hari pertama, biji
saga yang diamplas belum ada yang tumbuh. Pada hari ke-2 sampai pada hari ke-5
juga masih belum ada biji saga yang berkecambah. Kemudian pada hari ke-6
terdapat terdapat 1 biji saga yang telah berkecambah. Pada hari ke-7 terdapat 4
biji saga yang telah berkecambah. Selanjutnya pada hari ke 8 terdapat 7 biji
saga yang berkecambah. Pada hari ke-9 terdapat 8 biji saga yang berkecambah, dan
pada hari terakhir atau hari ke-10 terdapat 9 biji saga yang telah berkecambah.
Pembahasan
Dormansi adalah suatu keadaan dimana
pertumbuhan tidak dapat/ sulit terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung
untuk terjadinya perkecambahan. Dormansi pada biji meningkatkan peluang bahwa
perkecambahan akan terjadi pada waktu dan tempat yang paling menguntungkan bagi
pertumbuhan biji. Pengakhiran periode dormansi umumnya memerlukan kondisi
lingkungan yang tertentu, biji tumbuhan gurun, misalnya hanya berkecambah
setelah hujan rintik-rintik yang sedang, tanah mungkin akan terlalu cepat
kering sehingga tidak dapat mendukung pertumbuhan biji. (Campbell, 2000)
Dalam penelitian yang
kami lakukan, kami memilih biji saga untuk dikecambahkan. Biji saga memiliki
kulit biji yang keras, dimana kulit yang keras tersebut dapat menghalangi
penyerapan oksigen atau air dari lingkungan, sehingga pemecahan dormansi biji
dapat dilakukan pada biji saga. Pada dormansi biji, pemecahan kulit biji yang
keras dapat dipecah dilakukan dengan beberapa perlakuan, misalnya perlakuan
mekanis, perlakuan kimia, perlakuan dengan perendaman dengan air, dan perlakuan
dengan cahaya.
Dan perlakuan yang kami
lakukan yaitu perlakuan mekanis dengan cara pengamplasan, dan perlakuan
perendaman dengan air. Pengamplasan dilakukan hingga
permukaan kulit biji yang keras terkikis dan endosperma biji terlihat, namun
tidak boleh sampai mengenai mikropil. Bila endosperm telah terbuka, maka
inhibisi akan terjadi dan H2O masuk dan enginduksai GA3 sehingga
biji menjadi aktif dan melakukan respirasi untuk menghasilkan energi (ATP) yang
digunakan untuk mengakftifkan enzim selulase dan pektinase yang terdapat pada
kulit biji yang keras sehingga pematahan dormansi dapat berlangsung dan
akhirnya biji dapat berkecambah. Dalam penelitian ini terdapat 10 biji
saga yang diamplas dan terdapat 10 biji yang kulitnya dibiarkan saja atau tidak
diamplas. Kemudian baik biji saga yang diamplas maupun yang tidak diamplas
sama-sama direndam dalam air selama 1 jam. Perendaman biji
saga sebelum di tanam
berfungsi untuk melisis permukaan kulit biji yang keras agar dapat permeabel
terhadap air dan oksigen. Pengangkutan air dan oksigen tersebut dapat
menyebabkan biji menjadi aktif dan metabolisme berjalan, misalnya respirasi.
Proses respirasi tersebut menghasilkan ATP yang digunakan untuk mengaktifkan
enzim-enzim seperti selulase dan pektinase sehingga perkecambahan akan
berlangsung. Setelah biji saga direndam dengan air selama 1 jam,
biji saga ditanam dalam media tanah dan diletakkan di dalam ruangan atau di
tempat dengan kadar intensitas cahaya yang sedikit.
Pada penelitian ini,
diperoleh bahwa pada hari pertama sampai hari ke-10 biji saga yang tidak diamplas
tidak ada yang mengalami perkecambahan walaupun telah direndam air sebelum
ditanam di media. Selain itu, kami juga melakukan penyiraman setiap hari dengan
air secukupnya. Penyiraman ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kondisi
lingkungan agar tetap berada dalam kondisi yang baik, yang dapat memungkinkan
biji saga untuk berkecambah. Namun, walaupun dilakukan penyiraman secara
teratur selama 10 hari, biji saga masih tetap tidak tumbuh. Hal ini dikarenakan
biji saga memiliki kulit yang keras, sehingga harus diberikan perlakuan khusus
untuk memecahkan dormansi biji saga.
Sedangkan pada biji
saga yang diamplas terdapat biji saga yang dapat berkecambah. Walaupun pada
hari pertama sampai pada hari ke- 5 tidak ada biji saga yang brkecambah, tetapi
pada hari ke- 6 ada 1 biji saga yang berkecambah. Pada hari ke-7 terdapat 4
biji saga yang telah berkecambah, kemudian pada hari ke-8 terdapat 7 biji saga
yang berkecambah, pada hari ke- 9 terdapat 8 biji buah saga yang berkecambah,
dan pada hari ke-10 terdapat 9 biji yang berkecambah sehingga dari penelitian
selama 10 hari tersebut, terdapat 1 biji saga yang tidak dapat berkecambah.
Biji saga yang tidak dapat berkecambah tersebut dapat disebabkan karena
beberapa faktor, misalnya pada proses pengamplasan bagian permukaan luar biji
saga dimana bidang yang diamplas kurang luas atau kurang lebar, benih biji saga
kurang baik, dan mungkin biji saga tersebut sudah busuk di dalam tanah,
sehingga faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan biji saga tidak dapat
berkecambah seperti biji saga yang lainnya.
KESIMPULAN
Pada
penelitian ini, diperoleh bahwa pada hari pertama sampai hari ke-10 biji saga
yang tidak diamplas tidak ada yang mengalami perkecambahan walaupun telah
direndam air sebelum ditanam di media. Pada biji saga yang diamplas pada hari
ke-10 terdapat 9 biji yang berkecambah dari 10 biji yang ditanam. Hal ini
menandakan bahwa teknik skarifikasi dengan proses pengamplasan pada biji saga
dapat mematahkan dormansi biji saga yang memiliki kulit keras sehingga
berpengaruh terhadap cepatnya proses perkecambahan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2008. Dormansi biji (online).
(Diakses melalui: http://www.google.com/elisa.ugm.ac.id/, pada hari
rabu, tanggal 27 Mei 2015, pukul 19.36 WIB).
Anonim.
2012. Perkecambahan (online). (Diakses melalui:
http://id.Wikipedia.org/wiki/perkecambahan, pada hari rabu , tanggal 27
Mei 2015, pukul 21.02 WIB).
Campbell,
Reece JB, dan Mitchell LG. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Erlangga:
Jakarta.
Dwidjoseputro.
1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Goldsworthy
FR.dan Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. UGM Press:
Yogyakarta.
Lita,
Sutopo. 1985. Teknologi Benih. Jakarta: Rajawali.
Salisbury,
Frank B dan W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. ITB: Bandung.
Tjitrosoma
SS. 1984. Botani Umum 3. Angkasa: Bandung.
Tim
Dosen. 2015. Panduan Praktikum Mata Kuliah Struktur Fungsi dan Perkembangan Tumbuhan.
Laboratorium Pendidikan IPA : Surabaya.
Do this hack to drop 2lb of fat in 8 hours
BalasHapusOver 160,000 women and men are utilizing a easy and secret "water hack" to lose 2lbs each night as they sleep.
It's very easy and works with everybody.
You can do it yourself by following these easy steps:
1) Go get a clear glass and fill it with water half full
2) Then use this strange hack
so you'll be 2lbs lighter as soon as tomorrow!
Emperor Casino Review | A Scam or a Scam?
BalasHapusRead our review 제왕 카지노 of Emperor choegocasino Casino, a trusted online casino in 2020. Check out our review 1xbet korean of the site, bonuses, banking options, software, mobile