Halaman

Jumat, 18 Desember 2015

PEMATAHAN DORMANSI BIJI SAGA (Abrus precatorius L.) DENGAN TEKNIK SKARIFIKASI

PEMATAHAN DORMANSI BIJI SAGA (Abrus precatorius L.) DENGAN TEKNIK SKARIFIKASI
Deassy Laily Paramita, Devi Nadiya Wijaya, Citra Sri Rahayu, Tryas Ngudi Lestari
Program Studi Pendidikan IPA
Universitas Negeri Surabaya


ABSTRAK
Latar Belakang     : Penanaman benih secara normal tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya sedikit perkecambahan. Perlakuan tertentu perlu dilakukan untuk mematahkan dormansi sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan. Pada setiap musim tanam masih sering terjadi masalah karena produksi benih bermutu yang belum mencukupi permintaan pengguna/petani. Masalah ini disebabkan oleh adanya satu masa “istirahat” yang dialami oleh benih yang ditanam. Masa istirahat inilah yang kita  sebut dengan dormansi, dormansi menyebabkan tidak adanya pertumbuhan pada biji atau benih walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Pematahan biji dormansi dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya perlakuan mekanis, perlakuan kimia, perendaman dengan air, dan perlakuan dengan cahaya. Penelitian ini membahas pematahan biji secara mekanis yaitu dengan teknik skarifikasi.
Tujuan      : Untuk menyelidiki proses pematahan dormansi biji dengan teknik skarifikasi
Metode     : Dengan menggunakan teknik skarifikasi yaitu mengamplas 10 biji saga sampai endospermnya terlihat namun jangan amplas bagian mikrofilnya sedangkan 10 biji saga yang lain tidak diamplas. Kemudian rendam biji saga yang sudah diamplas dan yang belum diamplas dalam air selama satu jam. Lalu tanam biji saga pada tanah yang telah dicampur pupuk dan pasir. Mengamati proses dormansi biji sampai daun pertama tumbuh selama 10 hari.
Hasil         : Pada penelitian ini, diperoleh bahwa pada hari pertama sampai hari ke-10 biji saga yang tidak diamplas tidak ada yang mengalami perkecambahan walaupun telah direndam air sebelum ditanam di media. Pada biji saga yang diamplas pada hari ke-10 terdapat 9 biji yang berkecambah dari 10 biji yang ditanam. Hal ini menandakan bahwa teknik skarifikasi dengan proses pengamplasan pada biji saga dapat mematahkan dormansi biji saga yang memiliki kulit keras sehingga berpengaruh terhadap cepatnya proses perkecambahan.

Kata Kunci : Biji Saga, Teknik Skarifikasi

ABSTRACT
Background: Planting seeds normally do not produce germination or only slightly germination. Specific treatment needs to be done to break seed dormancy so as to be responsive to conditions conducive to growth. At each planting season is still often a problem for quality seed production is insufficient demand for user / farmer. This problem is caused by the presence of the future "rest" experienced by the seed planted. The rest period is what we call dormancy, dormancy cause the absence of growth in grain or seed despite environmental conditions conducive to the occurrence of germination. Breaking seed dormancy can be done in various ways, including mechanical treatment, chemical treatment, soaking with water, and treated with light. This study discusses mechanically breaking seed is by scarification techniques.
Objective: To investigate the seed dormancy breaking process with scarification techniques
Methods: By using a technique that is sanding the 10 seed scarification saga until endospermnya visible but not sandpaper part saga seeds mikrofilnya while 10 others are not sanded. Then soak the seeds saga that has been sanded and which have not been sanded in water for one hour. Then planting seeds in the soil saga that has been mixed with fertilizer and sand. Observing the process of seed dormancy until the first leaves to grow for 10 days.
Results: In this study, showed that on the first day until the 10th day saga seeds are not sanded none having germination although it has been soaked in water before planting in the media. In the saga seeds were sanded on day 10 there were 9 of 10 seeds were germinated seeds were planted. This indicates that the technique of scarification with a sanding process in the saga seeds can break seed dormancy saga which has a hard skin and therefore contributes to the rapid germination process.

Keywords: Seed Saga, Mechanical scarification

PENDAHULUAN
Dorman artinya tidur atau beristirahat. Para ahli biologi  menggunakan istilah itu untuk tahapan siklus hidup, seperti biji dorman, yang memiliki laju metabolisme yang sangat lambat dan sedang tidak tumbuh dan berkembang. Dormansi pada biji meningkatkan peluang bahwa perkecambahan akan terjadi pada waktu dan tempat yang paling menguntungkan bagi pertumbuhan biji. (Campbell, 2000). Berdasarkan faktor penyebabnya, dormansi dapat dibagi atas dua macam, yaitu Impoised dormancy (quiscense) dan imnate dormancy (rest). Imposed dormancy (quiscence) adalah terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. Sedangkan imnate dormancy (rest) adalah dormansi yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri (Dwidjoseputro, 1994). Berdasarkan mekanisme dormansi dalam biji, dormansi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu mekanisme fisik dan mekanisme fisiologis. Mekanisme fisik merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu sendiri, terbagi menjadi mekanis : embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik, fisik : penyerapan air terganggu karena kulit biji yang impermeabel, kimia : bagian biji/buah mangandung zat kimia penghambat. Sedangkan mekanisme fisiologis merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam proses fisiologis. (Anonim, 2008).
Penanaman benih secara normal tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya sedikit perkecambahan. Perlakuan tertentu perlu dilakukan untuk mematahkan dormansi sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan. Pada setiap musim tanam masih sering terjadi masalah karena produksi benih bermutu yang belum mencukupi permintaan pengguna/petani. Masalah ini disebabkan oleh adanya satu masa “istirahat” yang dialami oleh benih yang ditanam. Masa istirahat inilah yang kita  sebut dengan dormansi, dormansi menyebabkan tidak adanya pertumbuhan pada biji atau benih walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Pematahan biji dormansi dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya perlakuan mekanis, perlakuan kimia, perendaman dengan air, dan perlakuan dengan cahaya. Penelitian ini membahas pematahan biji secara mekanis yaitu dengan teknik skarifikasi.
Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengikir atau menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, perlakuan impaction (goncangan) untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus. Hal tersebut bertujuan untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air dan gas. Salah satu tanaman yang memiliki biji keras adalah tanaman saga (Abrus precatorius L.). Saga termasuk jenis tumbuhan perdu, dimana daun saga yang berasa manis berkhasiat untuk mengatasi sariawan. Tanaman itu juga mempunyai efektivitas ekspektoran yang memacu sekresi mukrosa dari trakea. Kandungan senyawanya mampu mengeluarkan dahak dan melegakan tenggorokan gatal. Daun saga mempunyai kandungan glycyrrhicic acid yang memiliki sifat menyejukkan kulit dan selaput lendir pada tenggorokan. Sehingga diperlukan teknik untuk mempercepat proses pematahan dormansi biji saga yang berkulit keras ini, salah satunya adalah skarifikasi. Karena tanaman saga sebagai tanaman perdu yang memiliki pohon cukup besar dapat menyejukkan lingkungan sekitar yang selain itu daunnya dapat dimanfaatkan sebaagai obat.

TUJUAN
Adapun tujuan dari kami adalah :
“ Menyelidiki proses pematahan dormansi biji dengan teknik skarifikasi “






METODE PELAKSANAAN

A.    Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian pematahan dormansi biji saga (Abrus precatorius L.) dilaksanakan di salah satu kediaman anggota kelompok yaitu di Jalan Ketintang Wiyata Surabaya pada Senin, 18 Mei 2015.
Tabel 1. Waktu dan tempat pelaksanaan penelitian pematahan dormansi biji saga (Abrus precatorius L.).

Tahapan Kegiatan
Waktu
Kegiatan
Pengambilan biji saga (Abrus precatorius L.).
Sabtu, 16 Mei 2015 pukul 08.00
Pengambilan biji saga dari pohonnya di lakukan di Fakultas MIPA Kampus Ketintang Universitas Negeri Surabaya.
Pengamplasan biji saga
Sabtu, 16 Mei 2015 pukul 09.00-11.00
Biji saga diamplas dengan kertas amplas sampai kotiledonnya terlihat.
Penanaman biji saga
Selasa, 19 Mei 2015 pukul 18.00
Biji saga yang sudah diamplas di tanam pada media yang berisi tanah yang sudah dicampur dengan tanah dan pupuk.


B.     Alat dan Bahan
a.       Alat
1.      Media percobaan                             2 buah
b.      Bahan
1.      Biji Saga                                          20 biji
2.      Amplas                                             1 lembar
3.      Air                                                    1 L
4.      Pupuk                                               250 gram
5.      Tanah                                               250 gram
6.      Pasir                                                 250 gram        

C.    Langkah Percobaan

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengambil biji saga 20 buah dari pohonnya. Setelah biji saga diperoleh amplas 10 biji saga sampai endospermnya terlihat namun jangan amplas bagian mikrofilnya sedangkan 10 biji saga yang lain tidak diamplas. Kemudian rendam biji saga yang sudah diamplas dan yang belum diamplas dalam air selama satu jam. Lalu tanam biji saga pada tanah yang telah dicampur pupuk dan pasir. Mengamati proses dormansi biji sampai daun pertama tumbuh selama 10 hari.

 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Data hasil penelitian pemecahan dormansi pada biji saga adalah sebagai berikut:

No.
Hari ke-
Jumlah biji yang tumbuh pada tiap perlakuan
Tidak diamplas + direndam selama 1 jam
Diamplas + direndam selama 1 jam
1.
1
-
-
2.
2
-
-
3.
3
-
-
4.
4
-
-
5.
5
-
-
6.
6
-
1
7.
7
-
4
8.
8
-
7
9.
9
-
8
10.
10
-
9

Dari tabel data penelitian yang kami lakukan dapat diketahui bahwa pada biji saga yang tidak diamplas, dari hari pertama sampai hari ke-10 tetap tidak ada biji yang berkecambah, sedangkan pada biji saga yang diamplas terdapat biji saga yang berkecambah.
Pada hari pertama, biji saga yang diamplas belum ada yang tumbuh. Pada hari ke-2 sampai pada hari ke-5 juga masih belum ada biji saga yang berkecambah. Kemudian pada hari ke-6 terdapat terdapat 1 biji saga yang telah berkecambah. Pada hari ke-7 terdapat 4 biji saga yang telah berkecambah. Selanjutnya pada hari ke 8 terdapat 7 biji saga yang berkecambah. Pada hari ke-9 terdapat 8 biji saga yang berkecambah, dan pada hari terakhir atau hari ke-10 terdapat 9 biji saga yang telah berkecambah.
Pembahasan
Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak dapat/ sulit terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Dormansi pada biji meningkatkan peluang bahwa perkecambahan akan terjadi pada waktu dan tempat yang paling menguntungkan bagi pertumbuhan biji. Pengakhiran periode dormansi umumnya memerlukan kondisi lingkungan yang tertentu, biji tumbuhan gurun, misalnya hanya berkecambah setelah hujan rintik-rintik yang sedang, tanah mungkin akan terlalu cepat kering sehingga tidak dapat mendukung pertumbuhan biji. (Campbell, 2000)
Dalam penelitian yang kami lakukan, kami memilih biji saga untuk dikecambahkan. Biji saga memiliki kulit biji yang keras, dimana kulit yang keras tersebut dapat menghalangi penyerapan oksigen atau air dari lingkungan, sehingga pemecahan dormansi biji dapat dilakukan pada biji saga. Pada dormansi biji, pemecahan kulit biji yang keras dapat dipecah dilakukan dengan beberapa perlakuan, misalnya perlakuan mekanis, perlakuan kimia, perlakuan dengan perendaman dengan air, dan perlakuan dengan cahaya.
Dan perlakuan yang kami lakukan yaitu perlakuan mekanis dengan cara pengamplasan, dan perlakuan perendaman dengan air. Pengamplasan dilakukan hingga permukaan kulit biji yang keras terkikis dan endosperma biji terlihat, namun tidak boleh sampai mengenai mikropil. Bila endosperm telah terbuka, maka inhibisi akan terjadi dan H2O masuk dan enginduksai GA3 sehingga biji menjadi aktif dan melakukan respirasi untuk menghasilkan energi (ATP) yang digunakan untuk mengakftifkan enzim selulase dan pektinase yang terdapat pada kulit biji yang keras sehingga pematahan dormansi dapat berlangsung dan akhirnya biji dapat berkecambah. Dalam penelitian ini terdapat 10 biji saga yang diamplas dan terdapat 10 biji yang kulitnya dibiarkan saja atau tidak diamplas. Kemudian baik biji saga yang diamplas maupun yang tidak diamplas sama-sama direndam dalam air selama 1 jam. Perendaman biji saga sebelum di tanam berfungsi untuk melisis permukaan kulit biji yang keras agar dapat permeabel terhadap air dan oksigen. Pengangkutan air dan oksigen tersebut dapat menyebabkan biji menjadi aktif dan metabolisme berjalan, misalnya respirasi. Proses respirasi tersebut menghasilkan ATP yang digunakan untuk mengaktifkan enzim-enzim seperti selulase dan pektinase sehingga perkecambahan akan berlangsung. Setelah biji saga direndam dengan air selama 1 jam, biji saga ditanam dalam media tanah dan diletakkan di dalam ruangan atau di tempat dengan kadar intensitas cahaya yang sedikit.
Pada penelitian ini, diperoleh bahwa pada hari pertama sampai hari ke-10 biji saga yang tidak diamplas tidak ada yang mengalami perkecambahan walaupun telah direndam air sebelum ditanam di media. Selain itu, kami juga melakukan penyiraman setiap hari dengan air secukupnya. Penyiraman ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kondisi lingkungan agar tetap berada dalam kondisi yang baik, yang dapat memungkinkan biji saga untuk berkecambah. Namun, walaupun dilakukan penyiraman secara teratur selama 10 hari, biji saga masih tetap tidak tumbuh. Hal ini dikarenakan biji saga memiliki kulit yang keras, sehingga harus diberikan perlakuan khusus untuk memecahkan dormansi biji saga.  
Sedangkan pada biji saga yang diamplas terdapat biji saga yang dapat berkecambah. Walaupun pada hari pertama sampai pada hari ke- 5 tidak ada biji saga yang brkecambah, tetapi pada hari ke- 6 ada 1 biji saga yang berkecambah. Pada hari ke-7 terdapat 4 biji saga yang telah berkecambah, kemudian pada hari ke-8 terdapat 7 biji saga yang berkecambah, pada hari ke- 9 terdapat 8 biji buah saga yang berkecambah, dan pada hari ke-10 terdapat 9 biji yang berkecambah sehingga dari penelitian selama 10 hari tersebut, terdapat 1 biji saga yang tidak dapat berkecambah. Biji saga yang tidak dapat berkecambah tersebut dapat disebabkan karena beberapa faktor, misalnya pada proses pengamplasan bagian permukaan luar biji saga dimana bidang yang diamplas kurang luas atau kurang lebar, benih biji saga kurang baik, dan mungkin biji saga tersebut sudah busuk di dalam tanah, sehingga faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan biji saga tidak dapat berkecambah seperti biji saga yang lainnya.




















Namun, dari penelitian dormansi biji pada biji saga yang kami lakukan ini dapat dikatakan berhasil, karena dalam waktu 10 hari terdapat 9 biji saga yang diamplas yang dapat berkecambah, tetapi terdapat 1 biji saga yang tidak dapat tumbuh berkecambah. Dan dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa proses pengamplasan memiliki pengaruh terhadap proses perkecambahan. Hal ini dibuktikan dengan data yang kami peroleh selama kegiatan penelitian selama 10 hari, dimana pada biji saga yang tidak diamplas tidak ada yang tumbuh berkecambah, sedangkan pada biji saga yang diamplas terdapat 9 biji saga yang berkecambah dan 1 biji saga yang tidak berkecambah. Adapun grafik perkecambahan biji saga tersebut adalah sebagai berikut:



KESIMPULAN
Pada penelitian ini, diperoleh bahwa pada hari pertama sampai hari ke-10 biji saga yang tidak diamplas tidak ada yang mengalami perkecambahan walaupun telah direndam air sebelum ditanam di media. Pada biji saga yang diamplas pada hari ke-10 terdapat 9 biji yang berkecambah dari 10 biji yang ditanam. Hal ini menandakan bahwa teknik skarifikasi dengan proses pengamplasan pada biji saga dapat mematahkan dormansi biji saga yang memiliki kulit keras sehingga berpengaruh terhadap cepatnya proses perkecambahan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008.  Dormansi biji (online). (Diakses melalui:  http://www.google.com/elisa.ugm.ac.id/, pada hari rabu, tanggal 27 Mei 2015, pukul 19.36 WIB).
Anonim. 2012. Perkecambahan (online). (Diakses melalui:  http://id.Wikipedia.org/wiki/perkecambahan, pada hari rabu , tanggal 27 Mei 2015, pukul 21.02 WIB).
Campbell, Reece JB, dan Mitchell LG. 2000.  Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Erlangga: Jakarta.
Dwidjoseputro. 1994.  Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Goldsworthy FR.dan Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. UGM Press: Yogyakarta.
Lita, Sutopo. 1985. Teknologi Benih. Jakarta: Rajawali.
Salisbury, Frank B dan W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. ITB: Bandung.
Tjitrosoma SS. 1984. Botani Umum 3. Angkasa: Bandung.
Tim Dosen. 2015. Panduan Praktikum Mata Kuliah Struktur Fungsi dan Perkembangan Tumbuhan. Laboratorium Pendidikan IPA : Surabaya.

2 komentar:

  1. Do this hack to drop 2lb of fat in 8 hours

    Over 160,000 women and men are utilizing a easy and secret "water hack" to lose 2lbs each night as they sleep.

    It's very easy and works with everybody.

    You can do it yourself by following these easy steps:

    1) Go get a clear glass and fill it with water half full

    2) Then use this strange hack

    so you'll be 2lbs lighter as soon as tomorrow!

    BalasHapus
  2. Emperor Casino Review | A Scam or a Scam?
    Read our review 제왕 카지노 of Emperor choegocasino Casino, a trusted online casino in 2020. Check out our review 1xbet korean of the site, bonuses, banking options, software, mobile

    BalasHapus