Halaman

Jumat, 18 Desember 2015

KEANEKARAGAMAN JENIS HERPETOFAUNA DI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA BERDASARKAN TIPE HABITAT

KEANEKARAGAMAN JENIS HERPETOFAUNA DI FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA BERDASARKAN TIPE HABITAT

Mega Tri Asih, Ranny Cahyati, Indrie Dwi Andarwati
Jurusan Biologi – FMIPA Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK
Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya memiliki lingkungan yang cukup baik karena terletak pada bagian depan pintu gerbang utama Universitas Negeri Surabaya yang terdapat area taman dan kolam pada lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum UNESA. Pada daerah tersebut memiliki potensi adanya keanekaragaman jenis herpetofauna yang bervariasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keanekaragaman herpetofauna dan menghitung indeks keanekaragaman herpetofauna berdasarkan tipe habitat di Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dengan metode survei perjumpaan visual/ VES (Visual Encounter Survey) yang dikombinasikan dengan sistem jalur transek sampling. Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya. Selama bulan bulan oktober hingga november 2015 dengan empat  kali pengamatan. Kelompok herpetofauna yang ditemui sebanyak 20 individu dari enam spesies. Kelompok herpetofauna  paling banyak ditemui pada jalur terestrial, yang ditunjukkan dari perhitungan indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener sebesar 1,19008(1<H’< 3) dengan indeks keanekaragaman yang stabil. Hal tersebut disebabkan karena masih banyaknya lahan terbuka yang menjadi habitat kelompok herpetofauna baik Amphibia maupun Reptilia.
Kata Kunci : Herpetofauna, indeks keanekargaman, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum

PENGANTAR
Keanekaragaman hayati Indonesia sangat melimpah. Salah satu potensi keanekaragaman hayati yaitu herpetofauna. Secara keseluruhan terdapat 600 jenis herpetofauna di Indonesia (Bappenas, 1993). Reptil dan amfibi termasuk dalam kelompok herpetofauna. Reptil memiliki tingkat endemisitas yang tinggi, sekitar 150 jenis reptil tergolong endemic (WCMC, 1992). Terdapat 7427 jenis reptile di dunia  (Obst, 1998), dan 600 jenis terdapat di Indonesia (WCMC, 1992). Secara biologis Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang sangat kaya dengan keanekaragaman hayatinya.  Pada abad  ke-19 Pulau  Jawa telah menarik perhatian ahli biologi sehingga fauna Jawa sudah cukup dikenal pada abad ke-20 (Iskandar 1998). Di Pulau Jawa jumlah reptil yang tercatat, yaitu 173 jenis dan  8% di antaranya adalah endemik Pulau Jawa (Indrawan, 2007). Sedangkan jumlah amfibi yang pernah  tercatat di Pulau Jawa terdapat 57 jenis (Iskandar, 2000).
Habitat kelompok hewan herpetofauna yaitu amfibia dan reptilia menempati habitat yang hampir sama, yakni dapat dijumpai pada sungai-sungai besar atau kecil, kolam air, kayu lapuk, kubangan, akar banir dan serasah daun. Terdapat penggolongan hewan amfibi dan reptil berdasar tempat ditemukannya yaitu: 1) akuatik, kelompok hewan yang sepanjang hidupnya terdapat di perairan. 2) arboreal, hewan yang hidup di atas pohon. 3) terrestrial, kelompok hewan yang sepanjang hidupnya di atas permukaan tanah. 4) fossorial, hewan yang hidup dalam lubang-lubang tanah (Mistar 2003; 2008)
Lingkungan kampus UNESA Ketintang khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum dterdapat beberapa jenis hewan.  Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum terletak pada bagian depan pintu gerbang utama Universitas Negeri Surabaya. Terdapat area taman dan kolam pada lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum UNESA. Pada daerah tersebut memiliki potensi adanya keanekaragaman jenis herpetofauna.
Pada umumnya herpetofauna tidak banyak dikenal, baik dari segi taksonomi, ciri-ciri biologi maupun ciri-ciri ekologinya dan daerah penyebaran suatu jenis sangat sedikit diketahui (Iskandar, 2006). Oleh karena itu penelitian tentang keanekaragaman herpetofauna memiliki peranan penting dalam studi di bidang biologi terutama kajian taksonomi. Penelitian yang dilakukan berujung pada keselarasan antara manusia dengan ekosistemnya dan lingkungan di sekitarnya yang sekaligus menjadi habitat bagi mahluk hidup lainnya. Selain itu pengetahuan tentang jenis-jenis fauna yang terdapat pada area tertentu merupakan kunci untuk memahami keanekaragaman hayati yang ada (Das,1997).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keanekaragaman herpetofauna dan menghitung indeks keanekaragaman herpetofauna berdasarkan tipe habitat di Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya. Manfaat dari proyek ini adalah dapat mendeskripsikan keanekaragaman herpetofauna yang terdapat di Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya sehingga dapat diketahui jenis-jenis herpetofauna apa saja yang terdapat pada Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya tersebut dan dapat menghitung keanekaragaman jenis herpetofauna berdasarkan tipe habitat di Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya pada  bulan Oktober – November 2015. Metode pengumpulan data menggunakan metode survei perjumpaan visual/ VES (Visual Encounter Survey) yaitu pengambilan jenis satwa berdasarkan penglihatan langsung pada jalur yang telah ditentukan (Heyer, 1994). Dikombinasikan dengan sistem jalur transek sampling yang peletakannya dilakukan secara proposional berdasarkan tipe habitat yaitu akuatik dan terestrial (Kusrini, 2008). Sebelum penangkapan, dilakukan penentuan jalur habitat terestrial dan akuatik, jumlah jalur yang dibuat sebanyak 6 jalur, untuk tipe habitat akuatik dibuat tiga jalur dengan panjang dan lebar mengikuti ukuran kolam, pengamatan dilakukan disepanjang badan kolam. Tipe habitat terrestrial dibuat tiga jalur dengan luas 3 x 3 m, pengamatan dilakukan dengan melihat objek yang tampak, baik di serasah, dasar tanah, pohon, dan lubang-lubang di permukaan tanah.
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah ember, senter, jaring-jaring, kantong plastik. Sasaran dari penelitian ini adalah semua jenis hewan herpetofauna yang ditemukan di sekitar Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, sedangkan objek yang dikaji adalah pengelompokan jenis hewan pada kelas reptilia dan kelas amphibia berdasarkan tingkatan spesies dan perbandingan jumlah anggota pada kelas reptilia dan kelas amphibia.

Pengamatan dilakukan sebanyak empat kali yaitu pada tanggal 13 Oktober, 30 Oktober, 21 November dan 28 November. Pengamatan dilakukan pada siang hari pukul 12.00-14.00 WIB dan malam hari pukul 19.00-21.00 WIB. Tujuan dari langkah pengamatan lapangan ini untuk mendeskripisikan keanekaragaman jenis herpetofauna apa saja yang paling banyak keluar dalam dua waktu yang berbeda berdasarkan tipe habitat. Pengambilan gambar objek amatan yang ditemukan dilakukan dengan menggunakan kamera digital. Identifikasi herpetofauna berdasarkan Systemae 2000 (Brands, S.J, 1989). Tingkat keanekaragaman diukur dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’): 
Keterangan :
ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah total individu
Ln = logaritme bilangan dasar
Gambar 1. Denah pengambilan sampel data
HASIL
Pada penelitian di Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya dijumpai dua spesies dari kelas amphibia dan empat spesies dari kelas reptilia ( Tabel 1)

Tabel 1. Spesies kelas amphibia dan reptilia yang dijumpai di Fakultas Ilmu Sosisal dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya berdasarkan jalur pengamatan.


Tabel 2. Spesies kelas Amphibia dan Reptilia di Fakultas Ilmu Sosisal dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya dan indeks keanekaragaman (H’)
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan total jumlah individu herpetofauna baik amphibia maupun reptilian yang ditemukan di enam jalur yaitu 3 jalur akuatik dan 3 jalur terestrial pengamatan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya sebanyak 21 individu dari 6 spesies (tabel 1.)
Hasil data yang diperoleh, bahwa Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum mempunyai keanekaragaman jenis herpetofauna dalam keadaan sedang kestabilannya, hal ini terlihat dari perhitungan Shannon-Wiener (H’) sebesar 1,4556 (tabel 2). Indeks Keanekaragaman Herpetofauna jalur akuatik lingkungan Fakultas Sosial dan Hukum UNESA sebesar 0,5004 yang menunjukkan bahwa keanekaragaman jalur akuatik terbilang rendah. Indeks Keanekaragaman Herpetofauna jalur terestrial lingkungan Fakultas Sosial dan Hukum UNESA sebesar 1,19008 yang menunjukkan bahwa keanekaragaman jalur terestrial terbilang sedang. Menurut Lee et al (1978), kondisi kestabilan suatu kemunitas dibedakan menjadi 3 kriteria berdasarkan indeks H’ tersebut, masing-masing : Jika H’ < 1 , berarti komunitas dalam keadaan tidak stabil, Jika 1<H’< 3, berarti komunitas dalam keadaan sedang kestabilannya, Jika H’ > 3 , berarti komunitas dalam keadaan stabil.
Faktor yang mengakibatkan indeks keanekaragaman dalam keadaan stabil di Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum antara lain karena masih banyaknya lahan terbuka yang menjadi habitat kelompok herpetofauna baik Amphibia maupun Reptilia, seperti area taman dan kolam kolam kecil. Habitat Amphibia dan Reptilia dapat dibagi menjadi dua habitat besar, yaitu akuatik dan terestrial. Habitat akuatik meliputi kolam-kolam dan sungai, sementara habitat terestrial meliputi lantai hutan maupun pepohonan (arboreal). Keanekaragaman habitat akan berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis suatu hewan. Semakin beranekaragam struktur habitat maka semakin besar keanekaragaman jenis hewan, hal ini karena habitat menyediakan sumber daya yang cukup, khususnya sebagai tempat untuk mencari makan, berlindung dan berkembang biak.
Nilai indeks keanekaragaman jenis tertinggi terlihat pada jalur terestrial. Diandingkan dengan jalur akuatik, jalur terestrial merupakan jalur yang memiliki habitat lebih kompleks. Habitat di jalur terestrial terdiri dari area lahan terbuka, taman dan sebagian gedung, sementara jalur akuatik meskipun terletak di kolam-kolam kecil, tetapi habitat ini kurang kompleks dibanding jalur terestrial karena kondisi kolam yang kotor dan tidak pernah di bersihkan. Menurut Magurran (2004) perbedaan ukuran sampel juga dapat mempengaruhi indeks keanekaragaman Shannon-Wiener. Semakin besar ukuran sampel dan jumlah individu, nilai indeks cenderung semakin tinggi.

SIMPULAN
Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum merupakan habitat yang sedang bagi berbagai spesies herpetofauna. Hal ini ditunjukkan dengan ditemukannya 21 individu dari 6 spesies. Kelompok herpetofauna paling banyak ditemui pada jalur terestrial yang ditunjukkan dari perhitungan indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener sebesar 1,19008 dengan indeks keanekaragaman sedang. Hal tersebut disebabkan karena masih banyaknya lahan terbuka yang menjadi habitat kelompok herpetofauna baik Amphibia maupun Reptilia di Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum UNESA. Adanya lahan terbuka yang disediakan dapat dilihat dari keberadaan beberapa taman yang tersebar di wilayah FISH UNESA.

KEPUSTAKAAN
BAPPENAS. (1993). Biodiversity Action Plan for Indonesia. Final Draf.
Das,I. 1997. Conservation problem of tropical Asia’s most threatened turtle, In: Van Abbema, J. (Ed). Proceeding: Conservation restro-ration and management of tortoise and turtle, 295-308.
Heyer WR, Donnely MA, McDiarmid RV, Hayer LA&Foster MS. (eds). 1994. Measuring and monitoring biological diversity. Standard Methods for Amphibians. Smithsonian Institute Press, Washington DC.
Indrawan, M., R. B. Primack., dan J. Supriatna. 2007. Biologi Konservasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Iskandar, D. T. 1998. Amfibi Jawa dan Bali. Bogor: Putslitbang Biologi LIPI. Hlm. 132.
Iskandar, D. T. 2000. Kura-kura dan Buaya Indonesia dan Papua Nugini. Bandung: Jurusan Biologi,  Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, ITB.
Iskandar, D. T dan W.R. Erdelen. 2006. Conservation of Amfibians and Reptils in Indonesia: Issues and Problems.Amfibi. Reptil Conserv, 4(1): 60–93
Lee, C.D., S.B. Wang & C.L. Kao, 1978, Benthic Macroinvertebrate and Fish as Biological Indicator of Water Quality with Reference to Community Diversity Index. In Quano E.A.R., Developing Countries, The AsianIntitute of Technology, London.
Magurran AE. 2004. Measuring Biological Diversity. USA: Blackwell Publishing Company.
Mistar. 2003. Panduan lapangan amfibi Kawasan Ekosistem Leuser. The Gibbon Foundation & PILI-NGO Movement. Indonesia.
Obst FJ. 1998. Di dalam: Cogger HG, Zweifel RG, editor. Encyclopedia of Reptiles and Amphibians. San Fransisco: Fog City Press.
[WCMC] World Conservation Monitoring Centre. 1992.Global Diversity: Status of the Earth's Living Resources.London: Chapman dan Hall
Brands, S.J., 1989. Taxonomicon (online, taxonomicon.taxonomy.nl, diakses pada 4 Desember 2015










1 komentar:

  1. If you're trying to lose fat then you certainly have to try this brand new personalized keto plan.

    To design this keto diet service, licensed nutritionists, fitness trainers, and professional cooks joined together to develop keto meal plans that are efficient, painless, money-efficient, and satisfying.

    Since their launch in early 2019, 1000's of clients have already remodeled their body and well-being with the benefits a professional keto plan can offer.

    Speaking of benefits: in this link, you'll discover 8 scientifically-confirmed ones provided by the keto plan.

    BalasHapus