PENGARUH PEMBERIAN SUKROSA UNTUK MEMBUAT NATA DE Cucurbita
maxima PADA PETERNAK Acetobacter
Xylinum AGAR MEMPEROLEH OMZET TINGGI
Deassy Laily Paramita, Mochamad Riduwan, Yasinta
Kuswinarto
Program Studi Pendidikan IPA
Universitas Negeri Surabaya, Surabaya
ABSTRAK
Latar Belakang :
Salah satu penghasil gula dengan karbohidrat
yang cukup tinggi adalah labu kuning. Labu kuning memiliki potensi besar
untuk dibudidayakan di Indonesia dan produksinya meningkat dari tahun ke tahun.
Tingginya produksi labu kuning di Indonesia tidak berimbang dengan pemanfaatan
dari labu kuning tersebut. Sehingga perlu adanya olahan dari labu kuning yang
lebih bervariasi misalnya dimanfaatkan sebagai media pembuatan nata namun tetap
mempertahankan nilai gizi yang terdapat di dalam labu kuning.
Tujuan : Untuk
meningkatkan pemanfaatan labu kuning sebagai alternatif media perkembangbiakkan
bakteri Acetobacter xylinum dalam
membuat nata
Metode : Kami
menambahkan sukrosa (gula pasir) pada ketiga media dengan komposisi yang
berbeda untuk membuktikan pengaruh pemberian sukrosa dalam pembuatan nata terhadap ketebalan lapisan yang terbentuk
Hasil : Media yang ditambahkan dengan sukrosa 2 sdm
2,5 sdm dan 3 sdm berturut-turut menghasilkan nata setebal 1,5 cm, 2 cm dan 1
cm. Penambahan sukrosa dimanfaatkan bakteri Acetobacter
xylinum sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkannya.
Sumber nutrisi juga diperoleh dari penambahan urea. Sedangkan penambahan cuka
hanya digunakan untuk mengontrol media agar tetap dalam kondisi asam sehingga
bakteri yang tumbuh adalah bakteri yang dikehendaki.
Kata kunci : Labu kuning, sukrosa, Acetobacter
xylinum
ABSTRACT
Background: One of the sugar producer with a fairly high carbohydrate was
pumpkin. Pumpkin has a great potential to be cultivated in Indonesia and
production increased from year to year. The high production of pumpkins in
Indonesia is not balanced with the use of the pumpkin. So there needs to be
processed from the pumpkin is more varied for example be used as a medium for
making nata but still retain the nutritional value contained in the pumpkin.
Objective: To increase the use of alternative media pumpkin as
Acetobacter xylinum bacteria breeding in making nata
Methods: We added sucrose (sugar) in the three media with different
compositions to prove the effect of sucrose in making nata on layer thickness
formed
Results: The media were supplemented with sucrose 2 tablespoons 2.5
tablespoons and 3 tablespoons successively produce thick nata 1.5 cm, 2 cm and
1 cm. The addition of the bacteria Acetobacter xylinum sucrose utilized as a
source of nutrients needed for growth and perkembangbiakkannya. Sources of
nutrients are also obtained from the addition of urea. While the addition of
vinegar is only used to control the media in order to stay in acidic conditions
so that bacteria growing is desired bacteria.
Keywords: Pumpkin, sucrose, Acetobacter
xylinum
PENDAHULUAN
Nata adalah salah satu
produk bioteknologi tradisional. Nata adalah lapisan polisakarida ekstraseluler
(selulosa) yang dibentuk oleh kumpulan sel bakteri pembentuk kapsul. Lapisan
ini mempunyai tekstur kenyal, putih, menyerupai gel dan terapung pada bagian
permukaan cairan (nata tidak akan tumbuh didalam cairan). Nata dikenal sebagai
salah satu produk makanan fermentasi yang berbentuk gelatin seperti agar – agar
atau kolang- kaling yang dapat dipakai sebagai bahan pengisi es krim, pencampur
fruit cocktail, dan yoghurt. (Hardi:2013).
Aktivitas pembuatan
nata hanya terjadi pada kisaran pH 3,5 dengan pH optimum untuk pembentukan nata
adalah 4. Suhu yang memungkinkan untuk pembentukan nata adalah pada suhu kamar
antara 28-30°C dengan bantuan bakteri Acetobacter xylinum (Nisa: 2002), maka
komponen gula yang terdapat di dalamnya dapat dirubah menjadi suatu subtansi
yang menyerupai gel yang tumbuh di permukaan media. (Sri: 2012).
Salah satu penghasil gula
dengan karbohidrat yang cukup tinggi adalah labu kuning. Labu kuning memiliki
potensi besar untuk dibudidayakan di Indonesia dan produksinya meningkat dari
tahun ke tahun. Data produksi labu kuning tahun 2010 menunjukkan produksi labu
kuning di Indonesia 369.846 ton. Labu kuning (Cucurbita maxima) memiliki
potensi sebagai sumber provitamin A nabati berupa β-karoten. Kandungan
provitamin A dalam labu kuning sebesar 767 μg/g bahan. Selain itu, labu kuning
juga mengandung vitamin C, serat dan karbohidrat yang cukup tinggi (Chatrine:
2013).
Labu kuning merupakan
tanaman musiman, sehingga produksi labu
kuning akan sangat besar ketika musimnya tiba. Meskipun daya simpannya
cukup lama namun labu kuning mudah rusak dalam pengangkutan. Tingginya produksi
labu kuning di Indonesia tidak berimbang dengan pemanfaatan dari labu kuning
tersebut. Selama ini labu kuning hanya dimanfaatkan untuk dibuat kolak, dodol
atau hanya dikonsumsi sebagai sayuran (Chatrine:2013).
Tabel
1. Kandungan Gizi Daging Buah Labu Kuning
Segar
per 100 gram
Oleh karena itu, perlu
adanya olahan dari labu kuning yang lebih bervariasi misalnya dimanfaatkan sebagai media pembuatan nata namun tetap mempertahankan nilai gizi yang terdapat di dalam labu
kuning.
Tujuan
1. Meningkatkan pemanfaatan labu kuning sebagai
alternatif media perkembangbiakkan bakteri Acetobacter
xylinum untuk membuat nata
2. Menciptakan Nata de Cucurbita maxima sebagai
olahan makanan variatif dari labu kuning
3. Membuktikan
adanya pengaruh penambahan gula terhadap hasil pembentukan nata dengan
menggunakan media perkembangbiakkan dari labu kuning
METODE
PELAKSANAAN
A. Tempat
dan Waktu Pelaksanaan
Sebagai tahap awal
proses pembuatan Nata de Cucurbita
maxima, lokasi yang digunakan untuk melakukan percobaan ini adalah di
Wonocolo-Sepanjang, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo yang merupakan kediaman
salah satu anggota dan dilaksanakan pada Sabtu, 7 Maret 2015.
Tabel 2. Waktu dan
tempat pelaksanaan pembuatan “Nata de Cucurbita
maxima”
Tahapan
Kegiatan
|
Waktu
|
Kegiatan
|
Pembelian Bahan
|
Sabtu, 7 Maret 2015 pukul 06.00
|
Pembelian barang dilakukan di pasar terdekat
dengan
lokasi pembuatan
|
Pembuatan Ekstrak Labu Kuning
|
Sabtu, 7 Maret 2015 pukul 08.00-08.30
|
Labu kuning dipotong kecil-kecil, diblender
kemudian disaring dan diambil ekstraknya
|
Pembuatan Media Ekstrak Labu Kuning
|
Sabtu, 7 Maret 2015 pukul 12.00-14.00
|
Ekstrak labu kuning dipanaskan dan ditambahkan
urea 2 gram dan asam cuka 70 % 60 ml, diaduk sampai mendidih
|
Penginokulasian dengan Starter
|
Sabtu, 7 Maret 2015 pukul 16.00-16.15
|
Starter dimasukkan pada media, media ditutup
kembali dengan kertas agar tidak terkontaminasi dengan udara
|
Masa Inkubasi
|
Sabtu, 7 Maret 2015 16.15 – Jum’at, 20 Maret
2015
|
Ekstrak labu kuning yang telah diberi starter
didiamkan sampai 2 minggu
|
B.
Bahan dan Alat
a.
Bahan
1)
Starter nata mengandung Acetobacter xylinum 40 ml
2)
Ekstrak labu kuning 600
mL
3)
Gula pasir 500
gram
4)
Asam asetat 70% 6 mL
5)
Urea 2
gram
b.
Alat
1)
Kompor 1 buah
2)
Panci ` 1 buah
3)
Gelas ukur 1 buah
4)
Pengaduk 1 buah
5)
Saringan 1
buah
6)
Nampan 3 buah
7)
Kertas 12
lembar
8)
Karet gelang 10
buah
9)
Blender 1 buah
C. Langkah
Percobaan
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencuci labu kuning. Mengupas
kulit labu kuning dan membuang biji labu kuning. Memotong kecil-kecil labu
kuning yang telah dibersihkan. Mengekstrak buah dari labu kuning dengan
menghancurkan buah terlebih dahulu dengan blender dan menyaringnya dengan
saringan. Merebus hasil ekstrak labu kuning. Sambil dipanaskan, menambah
ekstrak labu kuning dengan urea 2 gram dan asam cuka 70% 6 ml dan mengaduk hingga mendidih. Menuangkan
hasil ekstrak labu kuning dan memasukkan pada nampan atau baskom steril dengan
permukaan yang datar. Mengukur hasil campuran yang telah dipanaskan menggunakan
gelas ukur dengan volume 200 ml sebanyak tiga kali. Memasukkan hasil campuran
yang telah diukur volumenya ke dalam 3 botol kaca yang sudah disterilisasi
menggunakan alkohol. Menambahkan sukrosa (gula pasir) pada setiap botol kaca
dengan komposisi yang berbeda. Untuk media pertama ditambahkan gula 2 sdm,
media kedua ditambahkan gula 2,5 sdm dan untuk media ketiga ditambahkan gula 3
sdm. Mengaduk menggunakan pengaduk hingga tercampur sampai merata. Mendinginkan
ketiga media. Menginokulasi substrat dengan menggunakan starter atau bibit
sebanyak 40 ml pada setiap ekstrak media. Menutup media menggunakan kertas dan
diikat dengan karet gelang. Menginkubasi dengan cara meletakkan pada tempat dan
ruang yang bersih, serta terhindar dari debu dan goncangan. Inkubasi dilakukan
selama 10-15 hari, pada suhu kamar. Pada tahap fermentasi ini tidak boleh
digoyang-goyang. Pada umur 10-15 hari nata dapat dipanen dan diolah sesuai
selera.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berikut ini disajikan tabel hasil penelitian :
Sukrosa
(gula pasir) yang ditambahkan
(sdm)
|
Ketebalan
nata yang terbentuk (cm)
|
2
|
1,5
|
2.5
|
2
|
3
|
1
|
Dari hasil penelitian didapat bahwa media yang
berupa ekstrak labu kuning dan starter yang telah ditambahkan sukrosa dengan
komposisi yang berbeda menghasilkan ketebalan nata yang berbeda pula. Media
yang ditambahkan sukrosa 2 sdm menghasilkan nata setebal 1,5 cm. Sedangkan
media yang ditambahkan sukrosa 2,5 sdm dan 3 sdm berturut-turut menghasilkan
nata setebal 2 cm dan 1 cm.
Pembahasan
Pada proses fermentasi, terdapat perubahan yang
terjadi pada bagian lapisan atas dari media yang digunakan, yaitu terbentuk
lapisan warna putih pada bagian atas media labu kuning. Selama dua minggu,
lapisan atas tersebut semakin lama terjadi penebalan pada lapisannya. Hal ini
menandakan bahwa bakteri Acetobacter
xylinum mengalami perkembangbiakan. Dari tiga media yang digunakan,
terdapat perbedaan penebalan pada lapisan atasnya. Pada media yang ditambahkan
sukrosa 2 sdm memiliki penebalan sebesar 1,5 sdm sedangkan media yang
ditambahkan sukrosa 2,5 sdm dan 3 sdm mengalami penebalan lapisan sebesar 2 cm
dan 1 cm. Sukrosa akan membentuk suatu polisakarida yang dikenal dengan
“Selulosa ekstraseluler”. Selulosa yang terbentuk di dalam medium tersebut
berupa benang-benang yang bersama-sama dengan polisakarida berlendir membentuk
suatu jalinan. Pada medium cair, bakteri ini membentuk suatu massa yang kokoh
dan dapat mencapai ketebalan beberapa centimeter seperti yang telah disebutkan
sebelumnya. Sintesa polisakarida oleh bakteri ini sangat dipengaruhi oleh
tersedianya nutrisi dan ion-ion logam tertentu yang dapat mengkatalisasi atau
menstimulasi aktivitas bakteri tersebut. Dari penelitian yamg telah dilakukan,
pengaruh penambahan sukrosa terhadap media Cucurbita
maxima (labu kuning) adalah semakin besar penambahan sukrosa, maka serat
yang dihasilkan semakin tinggi yang mengindikasikan selulosa yang dihasilkan
juga semakin banyak. Karena dalam hal ini sukrosa dimanfaatkan bakteri Acetobacter xylinum sebagai sumber
nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkannya. Penambahan
sukrosa yang lebih banyak seharusnya
menghasilkan lapisan yang semakin tebal. Namun berdasarkan penelitian,
media ketiga yang ditambahkan lebih banyak sukrosa memiliki penebalan paling
kecil dibandingkan yang lain. Hal ini dikarenakan pada media ketiga telah
terkontaminasi sebab pada hari ke-7 kertas penutup media ketiga berlubang Selain sumber nutrisi dari sukrosa, sumber
nutrisi lain yaitu sumber nitrogen dari penambahan urea (CO(NH2)2)
juga mempengaruhi perkembangan bakteri Acetobacter
xylinum pada media Cucurbita maxima.
Karena nitrogen akan merangsang mikroorganisme dalam mensintesa selulosa dan
menghasilkan nata dengan ikatan selulosa yang kuat. Sedangkan penambahan asam
asetat 70% pada media hanya untuk mengontrol agar media tetap dalam kondisi
asam. Karena bakteri Acetobacter xylinum dapat
tumbuh pada pH 3,5-4 yaitu dalam kondisi asam. Banyaknya mikroorganisme yang
tumbuh pada suatu media dipengaruhi oleh nutrisi yang terkandung didalamnya
sebagai faktor intrinsik pendukung pembentukan nata. Faktor nutrisi mempunyai pengaruh
yang kuat terhadap sifat, hasil dan komposisi selulosa yang terbentuk. Jika
kadar nitrogen diatur secara optimal, dan prosesnya terkontrol dengan baik,
maka nata akan terbentuk dengan baik. Nutrisi media fermentasi akan menentukan Acetobacter xylinum dan kemampuannya
mengubah komponen dalam media menjadi nata, sehingga komposisi nutrisi dalam
media fermentasi juga akan berpengaruh terhadap karakteristik nata yang dihasilkan.
Kesimpulan
Pelaksanaan program PKM Artikel Ilmiah Nata de Cucurbita maxima ini telah menciptakan
produk nata sebagai olahan makanan
variatif dari labu kuning sehingga mampu meningkatkan pemanfaatan labu
kuning dengan mengolah labu kuning sebagai alternatif
media perkembangbiakkan bakteri Acetobacter
xylinum untuk membuat nata. Dari hasil penelitian, dapat
membuktikan adanya pengaruh
penambahan sukrosa terhadap ketebalan nata yang terbentuk. Media yang
ditambahkan dengan sukrosa 2 sdm 2,5 sdm dan 3 sdm berturut-turut menghasilkan
nata setebal 1,5 cm, 2 cm dan 1 cm. Penambahan sukrosa dimanfaatkan bakteri Acetobacter xylinum sebagai sumber
nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkannya. Sumber nutrisi juga
diperoleh dari penambahan urea. Sedangkan penambahan cuka hanya digunakan untuk
mengontrol media agar tetap dalam kondisi asam sehingga bakteri yang tumbuh
adalah bakteri yang dikehendaki.
UCAPAN
TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
segenap keluarga, yang telah mendukung dengan cinta kasih dan materi.
Serta kepada Bapak Hasan Subekti, S.Pd, M.Pd sebagai pembimbing yang telah
memberikan kontribusinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Chatrine.2013.Jurnal:Kajian Sifat Fisik Dan Kimia Tepung Labu
Kuning (Cucurbita Maxima)
Dengan Perlakuan Blanching Dan
Perendaman Natrium Metabisulfit (Na2s2o5) .Universitas Sebelas Maret:Surakarta
Effendi; Nurul Huda, Pengaruh Penambahan Massa
Pati ( Soluble Starch) pada Pembuatan Nata De Coco dalam Medium Fermentasi
Bakteri
Fivien.2012.Jurnal:
Pengaruh Penambahan Sukrosa Dan Asam
Asetat Glacial Terhadap Kualitas Nata Dari Whey Tahu Dan Substrat Air Kelapa.Universitas Brawijaya:Malang
Wijaya Kusuma,
H.Hembing.2000. Hidup Sehat Cara Hembing
Edisi Ke-8. PT.Eley Media Komputindo: Jakarta.
Hardi.2013.Jurnal: Pengaruh Penambahan Gula, Asam Asetat Dan Waktu Fermentasi Terhadap
Kualitas Nata De Corn.
Universitas Sriwijaya:Palembang
Melliawati, R. dkk. Produksi
Inokulum Nata de Coco. Diakses pada 10 Maret 2015
dari://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/ index.php/ search katalog/ download DatabyId
/7840/7840.pdf.
Nisa.2002.Jurnal:
Penelitian Pembuatan Nata De Coco Dengan Berbeda Media Amilase. Universitas
Negeri Malang:Malang
Kandha, Raharja.
2000. Waluh Sumber Protien Dan Obat, Edisi 8, Kedaulatan Rakyat, Jakarta.
Sato,Yoko.1996. Labu. PT.Eley MediaKomputindo: Jakarta.
Sri.2012.Jurnal:
Influence Of Addition Of Sucrose And
Acetic Acid To Quality Of Nata Whey Tofu And Substrat Coconut Water. Universitas Brawijaya:Malang
Sudarto Yudo,
1993, Budidaya Waluh, Kanisius,Yogyakarta.
E, Widayati.
2000. Aneka Panganan Labu Kuning.
Trubus Agrisarana: Surabaya.
Harrah's Cherokee Casino & Hotel - Jackson County Business
BalasHapusHarrah's Cherokee Casino 하남 출장샵 & 순천 출장샵 Hotel is the only AAA Four 세종특별자치 출장샵 Diamond casino in Jackson County, North Carolina. 제주 출장마사지 Learn More Owner: Harrah's 김포 출장샵 Resort Southern Chain: Caesars EntertainmentPrevious names: Harrah's; Caesars